Namaku Christhyana, Umurku sudah
memasuki 19 tahun. Dari nama aja bisa ditebak kalau aku ini Nasrani. Nama yang
pasaran kan? Sampai tiap aku masuk sekolah, paling sedikit yang memiliki nama
ini sebanyak 5 orang, kalau ada orang yang manggil nih, bisa-bisa semua yang
bernama christ pada noleh (malu kalau ternnyata bukan aku yang dipanggil).
Gara-gara nama yang pasaran ini, teman-temanku selalu berinisiatif memberi
nama panggilan macem-macem, mulai dari yang normal, sok imut, dan melewati
tingkat kewarasan. Seperti kies (nama yang terbit dari sahabatku) karena
menghargai panggilan pertama yang aneh ini aku menjadikannya username di akun twitter ku yaitu
@christkies. Kemudian cis (nama yang terbit dari kakak sahabatku), dilanjutkan
dengan clis, keyis, cheyis, sampai tokoh tinju hebat kelas dunia yaitu chris jhon juga di resmikan sebagai nama
panggilan ku, nama ini diterbitkan sama cowok-cowok pas SMP, berhubung
kepribadianku 50%nya berjiwa lelaki, pas banget gak tuh? (padahal gak bakat jadi
petinju). Sampai sekarang nama yang masih bertahan dan melekat jadi panggilanku
yaitu cis.
Eh, jangan salah... walaupun setengah
kepribadianku adalah lelaki, bukan berarti aku menyukai sesama jenis alias
lesbi, lagian aku juga suka nari kok (nari dengan muka bringas). Kepribadian yang aneh ini muncul pada saat SD, sebelumnya aku bersekolah
disekolah yang elit, mahal, serta isinya penuh dengan orang-orang kaya raya,
sehingga sifatku dan wajahku pun bak anak bangsawan. Tetapi ada sesuatu kendala
mengapa aku harus pindah dari sekolah anak-anak orang kaya itu, papa ku di PHK
dari pekerjaannya, dan gak sanggup bayar SPP yang mahal setiap bulannya, ya mau
gak mau pindah ke sekolah negeri yang letaknya dekat rumah-rumah rakyat jelata.
Biasanya kalau dari sekolah swasta ke negeri emang susah ngurus surat pindahnya
(kata mama sih) tapi berhubung nilai rapotku bagus jadi pihak negeri tidak
sungkan-sungkan menerimaku menjadi murid disekolahnya.
Tenyata terbukti bahwa aku tidak
mengecewakan sekolah negeri ini, yang jauh berbeda sekali suasananya dengan
sekolah elitku sebelumnya. Aku selalu mendapat juara 2 atau 3 disetiap
semester (cie sombooong), aku anak baru tetapi sudah disuruh sana sini ikut kegiatan sekolah,
seperti jadi paskibraka 17 agustus, wakilin pelombaan-perlombaan dalam bidang
olah raga (makin sombong), berbakat didalam bidang pramuka (selalu jadi Pemru) dan
lain-lainnya. Namun sifatku dan apalagi wajahku berubah drastis ketika sudah
beradaptasi di sekolahku yang baru ini.
Aku berubah menjadi liar, bak anak
rumahan yang tiba-tiba berubah jadi anak yang suka keluyuran, setengah jiwa bangsawanku berubah menjadi orang hutan
yang lari sana-lari sini gak karuan, dan wajahku berubah menjadi anak perempuan
yang hitam legam, melebihi pantat periuk, rambut gak tau jenis model apa, kaki
lecet sana lecet sini. Hampir semua permainan anak laki-laki aku kuasai, dari
permainan kartu, kelereng, kejar lari benteng, bola gebok, kasti, kaki pincang, sampai layang-layang (masuk
kategori wonder girls ga?). Sudah sangat jelas kalau partnerku hampir 80% adalah anak laki-laki liar, upss... bukan liar
tanda kutip ya.
Salah satu partner setiaku adalah
seorang anak cowok tetangga jarak 5 cm pas banget di samping rumahku, pergi
kesekolah bareng, pulang bareng, bikin PR bareng, main bareng, saingan bareng
(kebetulan rangking kami selalu beda tipis), bahkan kalau ada acara-acara besar
seperti natal, bisa buat kue bareng (tapi gak sampai mandi bareng ya). Nah
karena kebareng-barengan ini (bahasa aneh) terciptalah gosip-gosip berbau tidak
enak muncul dari mulut-mulut kepo anak-anak SD pada saat itu, dibilang cinlok lah,
dibilang serasi, dibilang saling suka, padahal kami cuma sebatas sahabat. Ya
taulah... gara-gara gosip yang gak penting ini, hubungan kami jadi renggang
alias malu-malu najis, ehh... maksudnya malu-malu kucing, biasalah anak SD yang
tingkat kestabilan otaknya soal suka-suka lawan jenis masih belum seimbang.
Jadinya ya gini, kami diam-diaman tanpa kata (kayak lagu D’massiv aja).
Beruntung jiwaku masih tersisa
sedikit buat permainan cewek-cewek sebesarku, seperti lompat tali,
tuker-tukeran binder (sampai sekarang aku gatau permainan ini apa untungnya), jangket, dan lain-lain. Jadi kalau
begini seimbang deh hubungan aku antara cowok-cowok dengan cewek-cewek pada
masa itu. Gara-gara perangaiku yang semakin menjadi menyerupai sifat anak
laki-laki yang liar, aku masuk kategori cewek tertomboy peringkat 3 disekolah,
ya yang pertama tentunya kak titin, yang buasnya melebihi seekor macan yang
kelaparan, dan kak elvi yang pukulannya itu nusuk sampe ketulang rusuk,
behhh... cowok-cowok aja lari coy.
Berkat jiwa yang kuat alias kalo kata
pasarannya cewek tomboy, aku
dipilih sebagai ketua kelas oleh wali kelas ku pak edward, dan aku dipercayakan
mewarisi benda pusaka milik kelas yaitu penggaris tebal 1 meter bewarna kuning
untuk jaga-jaga kalau ada teman sekelas ku yang gak mau disiplin (terutama
cowok-cowok). Sampai ada seorang cowok yang bilang aku adalah anak baru cewek
yang menjajah sekolah SD itu (lebai ya? Lebaiii deh).
Perangaiku terbawa sampai aku
memasuki SMP Negeri salah satu di kotaku. Dan sialnya aku satu sekolah dengan
tetangga 5 cm ku itu. Aku berfikir dengan memasuki SMP ini tidak ada lagi
bau-bau gosip yang gak enak seperti waktu SD. Tetapi aku salah besar, ternyata
gosip ini semakin parah, separah-parahnya Raffi Ahmad yang digosipin sebagai
playboy (gak nyambung woy). Kenapa parah? Karena sampai guru-guru disekolah
selalu jodoh-jodohin kami berdua. Terutama guru-guru bahasa inggris dan
conversation pada saat itu. Mereka suka bercanda denganku, karena kebertulan
pada saat itu aku lumayan dalam bidang bahasa inggris, sehingga aku selalu di
kenal guru-guru dalam bidang itu. Tetapi celakanya guru-guru ini keponya sama
kayak anak SDku kemarin, mereka gak tau apa kalau risih di olok-olok selalu
jadi pasangan, kesel sih.. kerena hal ini aku jadi jauh sama tetangga sendiri,
kan gak enak banget.
Dari SD aku selalu suka apapun dalam
bidang olah raga, tetapi aku tidak terlalu unggul, aku hanya di kenal bisa
melakukan kegiatan-kegiatan melelahkan itu. Biasanya anak perempuan kan gak
suka keringetan, panas-panasan, kecapean, terus takut kulitnya rusak,
idiiiiih... bukan aku banget. Aku selalu suka part-part yang menantang jiwa dan raga. Sehingga aku bisa mengalahkan
kebosananku sendiri.
Sampai memasuki SMA, perangai tomboykupun tidak luntur-luntur juga.
Padahalkan masa-masa SMA katanya masa-masa paling indah (kalo soal cinta). Nah,
gimana ada mau cowok deket coba? Cara jalanku aja kalau kata temen-temenku dan
mamaku, kayak mau bunuh orang. Cara bicaraku gak ada lembut-lembutnya. Biasanya
yang cewek-cewek duduk manis dalam kelas sambil dandan, aku lebih memilih main
basket panas-panasan di lapangan sekolah, kebayang gak mukaku pasti beda jauh
sama temen-temen yang suka dandan-dandan tadi? Apalagi ditambah karena aku
malas bersih-bersihin wajahku, jadinya jerawatan deh, komplit dah... ni muka bukan tipe
kriteria yang di kejar cowok-cowok.
Pada akhirnya aku berinisiatif untuk
meluruskan rambutku yang dibilang ikal bukan, dibilang kriting juga bukan,
pokoknya gersang-gersang kayak tanaman yang tumbuh di padang pasir deh. Setelah
rambutku diluruskan atau pada zaman ini namanya di-rebonding, lagi-lagi aku selalu jadi pusat perhatian yang
menggemparkan. Bukan karena kecantikan atau apa, tetapi karena sesuatu yang
kerap kali aneh tiba-tiba muncul dari diriku, karena aku dikenal sebagai orang
yang aneh, tiba-tiba bisa marah, 5 menit kemudian bisa ketawa. Kadang-kadang
senang, tiba-tiba bisa nangis, aneh kan? Juga aku dibilang kayak bunglon, suka
berubah-rubah perasaan, atau plin-plan gabisa ngambil keputusan. Satu sifatku
yang disukai adalah kekonyolanku yang aneh (lagi-lagi aku aneh) jadi orang
selalu senang berada didekatku karena mereka bisa tertawa terbahak-bahak
melihat tingkahku yang aneh ini. Harap maklum karena aku bergolongan darah AB,
alias darah langka. Percaya gak percaya, aku pernah baca sebuah artikel yang
aku searching di abang Google, bahwa pada umumnya berdarah
AB ini memang memiliki kepribadian ganda, aneh, unik, pemikirannya suka
berubah-ubah, sensitif, bisa berubah mood dalam jangka waktu singkat, dan masih
banyak lagi. Pas banget kan? Aneh.
Aku sudah meluruskan rambutku
sebanyak 4 kali, karena rutin aku melakukannya setiap tahun disalon selama
berjam-jam sampe pantatku gempor
karena kelamaan. Ya, pokoknya setiap kelurusan rambutku kadaluarsa-lah, alias expired. Sampai bosan gini-gini terus,
maunya sih lurus alami, biar gampang diatur, ya tapi gak apa-apa deh, yang
penting bisa kayak cewek dikit. Tapi ke-tomboy-an
ku belum juga lekang oleh waktu, apa aku mesti kursus beauty? Belajar cara jalan
cewek yang bener, cara bicara, sama cara berdandan? Ah malu-maluin deh. Tapi
jangan salah, dibalik muka jagoanku ini, sebenarnya aku orangnya lemah, gampang
sakit hati, gampang nangis, gampang frustasi, luarnya aja sok jagoan, lagi-lagi
memang kepribadian aku ganda. Kalau aku suka sama seorang cowok aja, orang
pasti gak bakal tau sampai aku yang ngaku sendiri, karena aku ahli dalam menyembunyikan perasaan.
Gara-gara malapetaka dari SD ini,
yaitu perangaiku, aku dijuluki jomblo akut, gara-gara gak pernah nyicipin
rasanya pacaran, pernah sih sekali (tapi gak kerasa) ya paling-paling aku selalu menjadi sasaran empuk
sahabat-sahabatku yang selalu menceritakan tentang cowok-cowoknya. Ya, kata
mama sih jangan pacaran dulu, katanya entar gak konsen belajar. Padahal emang
cowok-cowok kali yang gak mau deket sama aku, karena katanya sinis, galak,
sengak, ngeri, buseeeeet... gak ada yang bagusan apa? Lagian gak pacaran juga
aku emang gak pernah konsen belajar, tapi anehnya aku paling tidak selalu dapet rangking, rangking paling
rendah SMA aja mungikin 7 atau 6, ntah apakah itu keberuntungan nyotek temen,
atau aku yang emang yang berbakat? Lagian aku memang anak IPA pas di SMA. Iya
anak IPA, tapi menurutku julukan aku aja anak IPA, tapi perangaiku dikelas
seperti anak IPS. Katanya sih Anak IPA itu kalem-kalem, duduk di kelas baca
buku. Jiaaah... ogah ngehabisin waktu buat kayak gituan, tiba Ujian Nasional
aja deh baru kelabakan, kalau katanya sih sistem kebut semalam. Kalau belum
deket Ujian Nasional main-main aja dulu, hehe.
Lagi-lagi aku satu sekolah dengan
tetangga 5 cmku itu, gilaaak! Kalau kata orang si jodoh gak kemana, kalo kata
aku sih itu kebetulan aja. Untungnya dia masuk SMK, sedangkan aku masuk SMA,
namun kami tetap satu yayasan alias satu ruang lingkup. Untungnya kalau
masa-masa SMA ini gak terlalu heboh gosipnya, paling banter kalo reunian SMP, atau
komunikasi nanya kabar di facebook, pasti selalu ada embel-embel nama tetangga
ku itu disinggung dalam topik, idiiiih.
Sampai pada akhirnya aku masuk
perkuliahan, dan ngerasain gimana jadi anak kampus. Baru saja gembira,
sukacita, gempa-gempita semuanya memudar setelah mendengar kabar kalau aku
sejurusan, sekelas dengan tetanggaku itu, lagi-lagi dia aaaaah... habislah jiwa
dan raga ini, siap-siap untuk olok-olokan yang akan datang.
Ternyata suasana dan cerita di kampus
itu gak sama kayak yang di pelem-pelem, atau lebih detailnya gak sama kayak
yang di FTV alias hanya fiktif belaka, tidak ada kesamaan peristiwa atau
kesamaan tokoh, pokoknya di tipu abis deh. Awal masuk ospek aja udah disiksa
lahir dan batin, 2 minggu MOM (Masa Orientasi Mahasiswa) berlangsung kami para
MABA-MABA (Mahasiswa Baru) yang tak berdosa menjadi sasaran empuk bagi
kakak-kakak senior yang ingin membalaskan dendamnya pada masa lalu (pada waktu
mereka MOM juga). Katanya sih acara ini wajib, untuk pelatihan mental dan
kedisiplinan, tapi gak gini juga kaleeee.
Selesai MOM, lanjut ke tiap sesi
perkuliahan. Awalnya semangat, asik,
tapi lama-lama kok jadi berat ya? Harap maklum ini adalah satu-satunya
Universitas Negeri di kotaku. Jadi taulah bagaimana negeri? Pasti tugas numpuk
sana, numpuk sini, kayak cucian yang ada terus, dan gak dicuci berhari- hari
jadinya kelabakan deh. Haisss... FTV memang penipuan deh, kebanyakan cintanya.
Apalagi aku masih jomblo akut, jadi gatau keasyikannya kuliah itu gimana, beeeh
kasihaan...
Mulai jadi anak kampus, aku mulai
merubah tata cara jalan, cara bicara, cara berpakaian bak cewek-cewek kampus
biasanya. Mulai dandan, mulai berani pake rok, tapi ada aja yang bocorin kalau
aku ini mantan cewek bringas, keboyish-an.
Tujuannya mau nyembunyiin, tapi tetap aja ketahuan, paparazi memang
dimana-mana, huuuuuuh! Kemudian selang berapa bulan, akhirnya banyak yang
mengomentari penampilanku telah berubah, katanya sih makin cantik gitu, gak
item, gak terlalu kucel, peringai ketomboyan
aku hilang 30% deh, namanya juga udah gede, masa tetep aja tomboy? Entar dikira gak normal lagi, ogaaaah!
Eit, jangan sangka! Embel-embel cowok
dalam diriku belum hilang gitu aja, masih ada aja yang usil bilang aku cewek
jadi-jadian, kesel sih, tapi udah biasa kok. Ternyata ngerubah diri ada baiknya
juga, sekarang cowok udah berani deket-deket, biasanya takut liat mukaku,
sekarang udah biasa aja, walaupun masih ada yang bilang gitu, ya paling enggak
udah gak banyak lagi. Akhirnya aku bisa tau rasanya di godain (norak bangettt), rasanya diminta-in
nomer sama cowok (lebih norak) , rasanya PD, rasanya deket sama abang-abang senior (makin norak), dan para
lelaki lainnya. Tetapi aku masih saja jomblo akut yang mengming-imingkan
pangeran bertunggangkan motor gedek jadi kekasihku kelak. Upsss, bukan matre,
atau gengsi, aku gak milih-milih, cuman tiap lihat cowok bawa motor gedek,
kerasa banget gregetnya (udah jomblo akut, ada kriteria lagi, gak tau diri elu,
cis).
No comments:
Post a Comment