God is good

Tuhan itu baik.

Ada yang gak percaya? ya wajar, kadang-kadang saya juga gak percaya kok. Apalagi kalau ada masalah ditambah ada masalah dan makin ada masalah lagi, dan parahnya masalahnya itu selalu ada lagi (banyak amet). Nah, sekarang ini semua tergantung pada pandangan manusia yang melihatnya itu kekiri (negatif) atau kekanan (positif). Berikut Referensi dari Sumber yang saya dapat tentang "Apakah TUHAN itu baik atau jahat?"
  1. Baik 
    1. (Mazmur 145:9) - "TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya."
    2. (Ratapan 3:38) - "Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?"
  2. Jahat 
    1. (Yesaya 45:6-7) - "6.supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, 7.yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini."
    2. (Yeremia 18:11) - "Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!"

Nah dari ayat-ayat di atas saya yakin otak kalian agak terkecoh. Ya, kembali lagi kepada pandangan manusia. Terkadang apa yang dianggap manusia jahat, malah dianggap Tuhan baik. Intinya semua yang dari Tuhan adalah baik. Menurut saya, cobaan atau masalah hanya sebagai proses pemurnian semata. Ya, apa tujuannya? tujuannya seperti biasa orang-orang bilang dan pendeta dimana-mana bilang "agar kita semakin dekat kepada Tuhan". Katanya sih, kalau kita lagi dapat berkat yang numpuk bakalan lupa sama Tuhan. Nah, lewat masalah kan kita jadi tobat dan suka berdoa.

Kalau menurut saya Tuhan mengizinkan masalah kepada kita agar hati-pikiran-jiwa kita di murnikan. Apa itu di murnikan? Di murnikan sama halnya seperti didewasakan atau di proses (penyempurnaan pribadi). Bagaimana kita bisa masuk Kerajaan Allah yang kekal apabila kita masih ada cacat? Istilahnya kita harus benar-benar matang dalam membangun relasi pribadi dengan Tuhan.

Nah kembali lagi pada apa hubungan masalah dengan pemurnian? Dalam masalah, tujuan utama kita itu adalah mencari jalan keluar, yang Tuhan inginkan manusia itu sendiri datang padanya, meminta pertolongan, semakin setia dan setia lagi, dan sampai pada akhirnya masalah itu terselesaikan oleh bantuan-Nya. Tetapi ada jenis manusia yang ada masalah malah semakin terpuruk, tidak menerima diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, bahkan ada yang bunuh diri. 

Proses pemurnian memang amat teramat sangat menyakitkan, kalau kata anak muda nih, nyesek-nyesek gimana gitu. Tapi itulah awal dari kita sebenarnya akan semakin diberkati Tuhan. Dalam pertobatan tentu rasa kelegaan dan rasa sakit hilang, itulah yang di sebut proses menuju pemurnian. Dalam proses pemurnian juga kita dapat mengerti dan merasakan betapa bahagianya hidup bersama Tuhan, hangatnya saat berada dalam hadiratnya, berseru-seru menyembahnya. Ini bisa awal dari pembentukan iman kita yang luar biasa.

Biasanya Tuhan mengizinkan masalah terjadi kepada manusia karena manusia melakukan dosa. Tuhan murka, kemudian memberikan masalah yang di eluh-eluhkan oleh manusia itu sendiri, padahal masalah ini karena perbuatannya sendiri. Dari sini timbullah yang disebut "Bayar Harga". Ya, Tuhan memang Maha pengasih, Maha pengampun, sedangkan saya hanya mahasiswa (?), tetapi Tuhan tidak akan membiarkan anak yang dikasihinya dengan mudah jatuh kedalam dosa lagi. Oleh karena itu manusia itu harus bayar harga dengan dosa yang telah di perbuatnya, seperti lebih setia lagi dalam melayani, lebih setia lagi dalam berdoa, di banding dengan sebelum-sebelumnya. So? Bangun relasi dan terbukalah dengan Tuhan mulai dari sekarang.

Nah apa sekarang kalian mau dimurnikan dan kemudian hidup kekal bersama Tuhan selamanya?
atau
Memilih jalan kiri dan terjun bunuh diri?


Referenced by Christhyana (personal experience)


















No comments:

Post a Comment